Hadiri perayaan Hari Kartini Tahun 2024 di Kota Tidore Kepulauan Ketua Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Kota Tidore Kepulauan Ny. Hj Elvri Habib angkat sejarah perempuan dari Tidore yang hebat dan sangat luar biasa, yang menjadi motivasi untuk perempuan masa kini, dia adalah “Nukila atau Ratu Boki Nukila putri dari Sultan Tidore yaitu Sultan Al Mansyur.
Ditanah para raja ini, telah lahir seorang perempuan perkasa dan berpengaruh di abad ke 16, dia adalah Boki Nukila atau yang kita kenal Nukila. Ibarat duta perdamaian untuk mengakurkan dua kerajaan Islam terbesar di Kepulauan Maluku yaitu Ternate dan Tidore.
Hal tersebut diceritakan Ny. HjElvri Habib dengan penuh semangat saat memberikan sambutan pada peringatan Hari Kartini Tahun 2024 di Kota Tidore yang berlangsung di Aula Sultan Nuku Kantor Walikota Tidore Kepulauan, Selasa (30/4/2024).
Elvri mengatakan Nukila atau sering dikenal dengan nama Boki Nukila atau juga dikenal dengan nama Nyai Cili Boki Raja adalah salah satu putri kesayangan dari raja atau Sultan Tidore Al-Mansyur (yang memerintah tahun 1512-1526). Sebagai salah satu upaya damai antara Ternate dan Tidore, karena kedua kesultanan ini memang kerap terlibat persaingan, bahkan pertikaian karena campur tangan Portugis dan Spanyol, maka Nukila dinikahkan dengan penguasa kesultanan Ternate yang ke 20 yaitu Sultan Bayanullah (yang memerintah tahun 1500-1521), ketika itu Sultan Ternate berusia 50 tahun dan Nukila berusia 15 tahun.
“Namun Sejarah Nukila ini ceritanya panjang, sehingga dari cerita singkat Boki Nukila ini, pada tahun 2018 saya pernah baca di salah satu media online dengan judul “Akankah Nukila Kembali Dilahirkan dari Rahim Perempuan Maluku Utara ?” Artikel ini mengulas kiprah sultanah di negeri kesultanan Moloko Kie Raha, Mungkin saja banyak diantara kita yang masih latah menyebutnya taman di Ternate, namun seberapa banyak orang yang mengunjunginya sekedar berekreasi dari pada berkunjung karena kehormatan terhadap Nukila? Memang sejarah kadang tak adil ketika dicatat, selalu berspektif laki-laki serta mengabaikan kontribusi perempuan.” Kata Elvri
Jika di Pulau Jawa memiliki Kartini sebagai tokoh emansipasi perempuan, maka di Maluku Utara jauh sebelumnya yaitu abad ke 16 telah memiliki Nukila yang turut mengangkat senjata untuk mengusir kolonialisme. Tidak mengglorifikasikan sejarah, namun dalam sosio-kultur dan tradisi yang begitu paternal Sultanah Nukila membuktikan gerilya politiknya. Inilah mengapa perempuan Maluku Utara terutama Tidore seharusnya tak kehilangan panutan dan tumpuan ketika berada dalam ruang politik. Dimana Nukila adalah representasi kejayaan di Maluku Utara, karena Nukila mematahkan seluruh anggapan orang bahwa perempuan adalah pelayan dapur, sumur dan kasur.
Sudah saatnya perempuan bangkit, sudah saatnya perempuan harus melawan, sudah saatnya perempuan menciptakan sejarahnya sendiri. Kita harus berbenah dan berani membongkar hegemoni konservatif yang mengusungnya selama ini. Kata Pramoedya Ananta Toer dalam bukunya “Panggil Aku Kartini Saja”, “Barang siapa tidak berani, dia tidak bakalan menang; itulah semboyanku! Maju! Semua harus dimulai dengan berani! Pemberani-pemberani memenangkan tiga perempat dunia”
Sebelum mengakhiri sambutan, sebagai ketua GOW Kota Tidore Kepulauan menitipkan pesan kepada sebagai perempuan, bahwa dewasa ini, hidup tak serta merta semakin mudah untuk dijalani. Sebagai perempuan, kitapun akan dihadapkan dengan semakin banyak tekanan dan tuntutan seiring dengan perkembangan zaman.
Tidak setiap saat kita bisa mendapatkan bantuan dari orang lain. Tidak setiap waktu ada orang yang bisa menguatkan kita kala kita terjatuh. Pada saat seperti ini, mau tak mau kita perlu melatih diri untuk memiliki bahu yang kuat. Maka dari itu, menjadi perempuan kuat dan kreatif adalah sebuah kebutuhan